BREAKING

Kamis, 21 Maret 2013

Kepada Yang terhormat: Para Pembela HAM

Kepada Yang terhormat:
Para Pembela HAM


Berhubung dengan sejumlah Insiden di Kabupaten Jayawijaya dan sebelumnya di Kabupaten Lany Jaya; kami terus monitoring dan investigasi untuk mendapatkan gambaran tentang motif, pelaku yang tepat untuk dimintai pertanggungjawaban hukumnya.

Monitoring dan investigasi ini kami lakukan demi mencari rasa keadilan dan kedamaian di Lembah Baliem dan sekitarnya. Teknik pengumpulan data ini melalui teknik wawancara korban dan saksi di lokasi kejadian perkara.

Hasil Investigasi kasus pada 16 Desember 2012 di Kabupaten Jayawijaya; sedangkan kasus penyerangan kantor Polsek Pirime dan Menewaskan 3 orang anggota Polisi dan 1 orang warga sipil dan pembakaran sejumlah honai/rumah adat lokal masih terus dipantau.

Bila manusia Papua terus dihina/dibunuh, alam dirusak, adat dianiaya/dibakar, tahanan politik masih ada, jangan kaget dengar lagu "Indonesia tanah air-mu�.

Kami akui kerja keras, respons cepat Kapolda Papua dalam merapikan diri dari aksi brutalisme aparat Polisi yang memilih jalan kekerasan selama ini.

Pra Peristiwa
Kasus Bom
01 September 2012, pukul 02.00 WP (subuh) Penemuan Bom di halaman kantor DPRD dan depan Pos Polisi di Jalan Irian Wamena.

Kasus Pirime, Lany Jaya:
27 November 2012,pukul 05.00 WP Penyerangan dan Penembkan oleh orang tak dikenal di Pos Polisi Polsek Pirime, Kabupaten Lany Jaya, yang menewaskan 3 orang anggota Polisi dan 1 orang warga sipil. 7 orang di tangkap Polisi dan di tahan di Polres Jayawijaya. Di belakang Polsek Pirime Polisi membakar rumah/honai masyarakat sebanyak 17 buah rumah keluarga beserta dapur, kandang dan semua isi rumahnya.

�Pada tanggal 3 Desember 2012 di 03:00 tembakan terjadi antara Militer RI dan Polisi dan sekelompok Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN / OPM).

Sebelum ini pada hari sebelumnya pada sekitar 07.00, enam warga sipil telah berpergian dari Wamena ke Pirime oleh kendaraan dengan satu-satunya alasan untuk pergi ke tempat di mana mereka tinggal. Pengemudi taksi yang mereka tumpangi menghubungi Pos Polisi Indonesia di Perdana untuk melaporkan bahwa ia mengangkut anggota TPN / OPM. Polisi segera pergi ke tujuan taksi dan menunggu di sana. Saat taksi tiba polisi memerintahkan warga sipil 6 untuk keluar dari kendaraan dan mereka kemudian disita tanpa pasukan memberikan alasan yang jelas. Mereka telah melakukan apa-apa. Mereka dipukuli dan disiksa 07:00-24:00 WP sementara nasib mereka tidak jelas.

Ketika kelompok lain dari TPN / OPM mendengar tentang kejadian di atas, tiga jam kemudian di 03:00 mereka pergi ke Pos Polisi Indonesia dan dibakar ke Kantor Polisi sementara masih ada 4 petugas polisi di dalamnya. Ketika api terlihat pada 4 polisi ingin lari keluar dari kantor namun TPN / OPM menembaki kelompok memaksa mereka kembali ke kantor terbakar. Hanya satu dari empat polisi mampu melarikan diri. 3 lainnya tewas.

Pada tanggal 4 Desember 2012 di 10.00 dua brigade Dari militer Indonesia bersama-sama dengan 3 pleton Polisi Indonesia,Brimob kelapa dua dari Jakarta pergi langsung ke lokasi polisi turun membakar rumah-rumah warga di Pirime.Brimob juga menembak mati seorang warga sipil bernama Itren Wanimbo berusia 35 tahun kemudian mulai membakar 17 rumah sipil bersama-sama dengan ternak babi 35 dan 46 kelinci. Dibakar hangus Para warga sipil dari lokasi sampai saat ini masih bersembunyi di hutan mereka terlalu takut untuk kembali ke rumah.
Polisi dan militer masih menguasai Pirime untuk saat ini. Warga sipil tidak memiliki kebebasan bergerak di daerah pirime dan sekitarnya. Keterangan saksi A data korban: Itren Wanimbo 35 tahun Korban ditembak di bagian kaki hingga tewas oleh polisi brimob kelapa dua jakarta . Korban Rumah; Keluarga Wiyanus Wanimbo, Istri dan 5 anak; 1 buah honai dapur panjang ; 1 buah kandang kelinci 5 pintu; 1 buah honai adat laki-laki ; 6 ekor kelinci; 3 ekor babi; Beras 50 k. Musa Wanimbo (Kepala Desa) & Lipar Wanimbo; 1 buah honai adat laki-laki; 1 buah dapur panjang�

05 November 2012, pukul 03.00 WP Honai yang dibakar oleh Polisi di Pasar Jibama, bubarkan pemain judi atau togel.

14 Desember 2012; Anggota Polisi menembak mati ternak babi 2 ekor dan menangkap 3 orang anggota KNPB di Moai dan ditahan di Polres Jayawijaya. Kemudian para tahanan ini dijadikan penunjuk jalan bagi Polisi untuk para DPO lain termasuk korban Hubert Mabel.


Kronologi Peristiwa, menurut Saksi A, tentang Penembakan Hubert Mabel

Minggu, 16 Desember 2012
Pukul 07:00 WP, HM (korban) di panggil oleh WK melalui handphone bahwa: saya (WK) sedang berada di pasir putih bersama (BD) jadi kamu (HM Korban) segera naik bawah mobil, sehingga HM (korban) hubungi ke WG yang sedang berada di Kota Wamena untuk bawah mobil.

Pukul 08.00 WP sesampai di Pasir Putih ternyata dia (WK) bersama anggota polisi, yaitu 1 anggota polisi dan 3 anggota Polisi densus 88, mereka langsung tangkap WG dan menahan mobil 4WD Warna Putih DS; milik WG dan selanjutnya disetir mobilnya oleh Polisi untuk melanjutkan perjalanan ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), dalam perjalanan hubungan komunikasi HM (Korban) dengan WK tetap berjalan sangat lancar.

Pukul 09.00 WP setelah sampai di kampung Milima saya (A) di tangan ada pegang 1 pisau dan jalan pertama atau duluan, yang kedua (B) dengan tangan kosong , ketiga HM (korban) dengan tangan kosong , keempat (C) dengan tangan kosong, kelima (D) dengan tangan kosong, kita semuanya ada 5 orang sampai di tiba TKP.

Pukul 10.00 WP tiba - tiba mereka 3 orang anggota Polisi/Densus 88 langsung menghadang kami dan mengatakan: jangan bergerak, langsung di todong dengan senjata sehingga kita langsung stop berdiri di tempat, dan HM (korban) juga sama-sama berdiri, begitu kita berdiri mereka (Densus 88) langsung tendang dengan sepatu laras pada tulang keringnya HM (korban) dan juga tendang di rusuk saya (A). Lalu kami disuruh jongkok cium tanah, dan mereka (Polisi) keluarkan tembakan sebanyak 6 kali sasarannya kepada kita (A dan HM Korban), karena kita merayap di tanah tidak kena.

Setelah itu mereka (densus 88) tembak HM (korban) pada lutut kanan dan tembakan kedua pada lutut kiri. Lalu HM (korban) tidak dapat bergerak dan HM (Korban) mengatakan kepada saya (A) bahwa �ko bisa lari k?, jawab (A) bisa, Saya HM (Korban) sudah di tembak jadi kamu (A) lari saja jangan balik ke belakang karena Mama akan lindungi kamu dan segera sampaikan informasi ini kepada kawan-kawan bahwa HM (korban) telah di tembak�. Saya (A) lari dan mereka/Polisi tembak saya (A) sebanyak 11 kali tetapi tidak kena dan lolos dari tembakan itu.

Pukul 10.20 WP setelah itu mereka bawah HM (korban) ke arah Wosi-Kurulu dalam perjalanan mereka tikam dengan Pisau di dada, dari situlah HM (korban) meninggal baru dibawah ke Rumah Sakit Umum Daerah Wamena; setelah itu saya (A) ke rumah baru sampiakan kepada kawan-kawan untuk sebarkan SMS ke semua orang Papua.

Apakah di tangan kamu ada pegang sesuatu??? Jawab (A), tidak sama sekali
Apakah ada upaya perlawanan dari kalian atau HM (korban) sendiri??? Jawab (A), tidak juga, karena mereka (polisi) tiba-tiba menghadang kami.

Saksi B, tentang Peristiwa Pembakaran honai adat/Petapa Baliem.
Pukul 20.00 WP saya dengan istri naik ke pasar misi untuk belanja sayur, pulang begini susul di atas (pasar misi), ada bunyi tembakan, sementara itu saya pikir itu bunyi Petasan, tapi makin lama bunyinya berentetan senjata dan menuju arah kesini menuju jln Sumatra depan sini, kemudian sekitar 5 atau 10 menit itu berhenti lalu muncul lagi ada bunyi tembakan, akhinya anak-anak yang ada disini keluar di jalan maka saya bilang anak-anak jangan keluar di jalan karena ada bunyi tembakan, tapi anak-anak tidak mengindahkan langsung keluar dijalan untuk melihat, begini polisi sudah ambil posisi persis diperempatan jalan trikora dengan jalan sumatra.

Pukul 20.20 WP sesampai itu polisi sudah sampai di perempatan (antara jln sumatra dan Trikora depan panti asuha Pelangi II) dari perempatan mereka arahkan senter ke sini; begini anak-anak kecil disini dengan saya juga berdiri disini, sehingga mereka (polisi) masuk kejar kita, saya arahkan anak-anak dengan ibu-ibu masuk ke dapur sementara karena desakan itu Handphone saya inikan layar sentu sehingga otomatis lampu layarnya menyala; dalam situasi itu ada dua anggota Polisi Peralatan senjata lengkap dengan siaga langsung todong saya dengan senjata sambil mengarahkan cahaya senter mengarahkan didahi saya saat itu, lalu mereka (Polisi) tanya kepada saya � kamu bikin apa disini? Jawab, ini rumah saya, setelah saya mendengar ada bunyi tembakan itu, saya berdiri di sini. Setelah itu mereka (polisi) tanya lagi kepada saya lagi, kamu pegang apa?? Saya jawab.. saya pegang HP lalu mereka bilang kamu serahkan HP itu?? Maka saya serahkan HP dan mereka (Polisi) suruh saya kemu ke depan setelah saya ke sini (di jalan) saya dengar seperti suara pak Waka (wakil kapolres) Jayawijaya ada berdiri disitu. saya dengar, saya tau itu suara pak waka maka saya berdiri di sini. Lalu saya dengar pak waka bilang kepada anak buahnya Hentikan tembakan. Lalu saya bilang ini pak waka? Lalu dia jawab ya lalu saya katakan bahwa pak waktu itu saya dengan Olga Hamadi (Koordinator Kontras Papua) pernah dirumah bapak sampai jam 07 malam baru pulang itu saya, baru dia bilang ooh baru kamu punya rumah mana?? Baru saya bilang saya punya rumah ini baru dia bilang kalau begitu kamu cepat-cepat kembali masuk ke rumah, saya jawab ia, ia tapi bapak, ada 2 orang anak buah pak waka yang sita saya punya HP itu tolong di kembalikan. tidak lama saat itu juga terdengar teriakan dari arah honai adat dan melihat nyala api sudah membesar dan teriakan oleh anggota DAP semakin ramai akhirnya saat itu saya mendengar Waka mengatakan mundur-mundur cepat; sesudah anggota mundur dari arah honai DAP, mobil Polisi/dalmas yang diparkir didepan rumah saya ke arah taman makam Pahlawan; tadi diperintahkan cepat atrek mundur ternyata karena buru-buru atrek akhirnya pagar rumah saya dibagian pintu dirubuhkan termasuk bagian atap bangunan rumah saya sudut bagian timur dirusakkan.

Tapi sampai hari ini belum di kembalikan HP saya 1 jenis mito tidak ada dokumen-dokumen lain yang ada hanya kontak nama saja.

Pukul 22.00 WP Setelah itu baru mereka (polisi) bilang pasukan tarik itu sudah honai sudah terbakar akhirnya Orang tua di sana (kantor Dewan Adat) sudah berteriak dengan bahasa ( Nyoatluk aaa....) saat itu sudah sekitar jam 10 malam, begitu orang tua-tua berteriak; maka mereka (polisi) pasukan dengan buru-buru balik truk milik polisi yang parkir mengarah Kuburan itu mundur langsung tabrak pintu pagar saya dengan ujung seng atap rumah saya ini.

Tadi saya naik ke seng dan mau perbaiki tapi sengnya sudag bocor jadi harus ganti baru.. setelah itu kantor DAP sudah terbakar dan pasukan juga sudah ke daerah-daerah, kita juga tidak punya alat,juga tidak punya apa-apa sehingga mau buat, tinggal hanya menyerah dan menangis hnya begini saja.

Saksi C.

Kemarin ada bunyi tembakan di atas sini (pasar misi), sehingga kita hanya bilang di atas (Pasar misi) ada bunyi tembakan; ternyata di pasar misi ada pembakaran pos polisi lalu pelakunya lari ke arah Maplima bagian kantor dewan adat. Sehingga mereka (polisi) pikir pelaku pembakaran adalah pelaku dari satgas Penjaga tanah Papua (PETAPA) dari kantor dewan adat Papua, mereka mengejarnya ke arah Maplima sampai di panti asuhan pelangi II sehingga saya bilang adik-adik saya mohon tembakannya sudah semakin dekat jadi adik-adik tidak boleh ke arah depan dan di gapura tapi tenang di rumah seperti biasa, di gapura nanti kakak sendiri yang akan jaga, begitu saya disana adik saya yang namanya Emaus (korban) juga dengan berpakaian seragam lengkap dari PETAPA ke sana mengatakan kakak kami dua yang duduk sama- sama di gapura sini. Begiti kami duduk mereka (polisi) sudah sampai di depan kami lalu pertama tembak ke arah gapura, namun kami tidak bergerak, ke dua mereka (polisi) tembak di Tanah dekat kami; namun kami juga tidak bergerak. Mereka (polisi) datang ke sini jumlahnya ada 4 orang, 2 orang dengan pakaian preman dan dua dengan seragam awalnya mereka tidak pukul kami; namun setelah mereka kembali baru pukul kami dengan tangan dan popor senjata lalu di tarik kami bawah ke pinggir rumah desa situ, disiitu saya pusing dan adik saya Yosep Yelemaken ini mereka pukul dengan popor senjata hingga gigi depan dua patah/rontok, dari situ baru Polisi lain datang bakar kantor DAP ini, dan saya dengan adik saya di bawah oleh polisi yang pertama datang itu; langsung bawah kami ke tempat di mana mereka parkir mobil di situ termasuk pak waka (wakil kapolres) juga ada berdiri di sana. Begitu kami disana orang-orang dari sini mulai berteriak akhirnya mereka (polisi) pikir masyarakat mengejar mereka (polisi) lalu semua berlarian ke mobil dan truck yang mereka parkir lalu pergi sementara itu saya dengan anak saya tidak di perhatikan jadi kami sembunyi lalu sesudah mereka pergi baru kita keluar bergabung dengan sudara-sudara kami di sini.

Saksi D.

Kejadian pembakaran pos polisi di misi sekitar jam 08,00 lalu mereka (polisi) masuk di kantor Dewan Adat sekitar Jam 11 baru terjadi di sini.
Awalnya mereka (polisi) datang tidak pukul kami tapi 1 polisi (orang Papua) ini langsung menuju kantor DAP sambil mengatakan: �kamu ini yang bikin macam-macam, pindah nanti saya tembak kamu, kamu ini yang tembak kita punya Polsek di Pirime to? Kamu siap mati?, saya katakan siap� jawabnya (polisi) kita bikin kamu baik-baik baru kamu bikin kurang ajar sama kami, sambil mengatakan itu dia (polisi) angkat alang-alang atap rumah kantor DAP langsung menyalakan korek api pada atapnya, �saya pikir oh ini masalah yang terjadi di Pirime itu jadi sasarannya kena pada kami�. Lalu ada 1 orang polisi lagi yang berada di belakang tempat gelap sambil mengatakan pada kami � pinda,pinda, pinda ini saya yang mengatakan, dan langsung dia datang pukul kami dua dengan tangan dan popor senjata.

Yang bakar Kantor DAP adalah anggota Polisi yang pertama datang, terus yang kedua langsung pukul kami, keduanya dengan berpakaian Preman senjata lengkap, dia pukul saya dengan dua tangan dan tusuk dengan popor senjata pada muka dan dagu akhirnya saya langsung pusing terjatuh, setelah saya sadar baru diketahui gigi 2 saya patah dan rontok.

Harapan dari komandan DAP/Petapa

Kami tidak bisa jelaskan sepotong-sepotong tapi nanti hadirkan semua masyarakat baru akan sampaikan di forum besok di halaman kantor Bupati Jayawijaya.
Yang jadi pertanyaan adalah
� Kenapa mereka (polisi) langsung datang bakar kantor DAP???
� Alasan apa??
� Tujuan apa?? 
- Maksud apa??

Pukul 20.00 WP, seorang warga bernama Agus Hiluka, asal distrik Ibele, ditangkap saat pergi dari arah Wouma ke pasar Missi, sesaat kantor Pos Polisi terbakar. Agus Hiluka diduga dalam keadaan mabuk, dituduh oleh pelaku Polisi sebagai pelaku pembakaran pos Polisi di Wouma, lalu mengejar ke arah rumah toko, lalu ditangkap, dipukul pakai popor senjata dibagian mata sebelah kiri, telinga kiri, mengakibatkan korban pusing dan mengeluarkan darah melalui hidung dan mulut berkali-kali.

Pukul 20.20 WP korban diantar oleh Polisi ke RSUD Wamena dan diborgol kaki dan tangannya, sampai pada hari esok senin, 17 desember 2012, pukul 17.00 WP.

Pukul 22.00 WP, seorang warga asal Madura tertikam dan ditemukan di sekitar Moai, kemudian diketahui korban adalah tukang ojek di kota Wamena. Kemungkinan korban diajak antar penumpang lalu penumpang balik membunuh, di duga ada hubungan dengan kejadian pagi hari kematian alm Hubert Mabel (balas dendam).

Kronologi Versi Kapolres Jayawijaya

Jadi pada saat itu anggota SMS bahwa kami menangkap Hubertus Mabel, saat anak buah saya SMS Hubertus kemudian mereka datang membawa parang, dan perimbangannya tidak memungkinkan dengan jumlah mereka 5 sedangkan jumlah anggota saya 3 orang saja dengan membawa senjata, saat itu mereka di suruh tiarap ke tanah tapi yang 1 almarhum ini tidak; dia langsung mau merampas senjata, dan saai itu di lapangan ancaman kepada anggota itu sudah ada saat itu, dan perimbangan anggota dengan mereka juga tidak sesuai, dan waktu itu tindakan anggota untuk melindungi diri dan usaha untuk melumpuhkan almarhum saat itu mereka bawah ke rumah sakit dia belum meninggal, namun dalam perjalan karena banyak pendarahan sehingga sesampai di rumah sakit untuk di periksa dia sudah meninggal, nah yang sekarang kita prinsip bukan manusianya tapi perilakunya, setelah di otopsi kita antar jenazah nya dengan kita belikan: beras, gula,rokok, kopi ke keluarganya di Abusa namun kepala desa mengatakan bukan disini dia punya rumah? Tapi kita di titip disana lalu kita pulang kembali sesampai di kota saat makan-makan tiba-tiba ada pembakaran Pos polisi di Wouma; maka saya mengatakan kepada anggota bahwa baik nanti semua akan di koordinasi. Ternyata pelakunya orang mabuk yang membakar, kalau di Honai adatnya saya tidak tahu.
Kalau penemuan mayat seorang tukang ojek di Moai saat malam itu situasi sudah kondusif ternyata pada pagi hari ada masyarakat yang melaporkan pada polsek kota bahwa ada penemuan mayat di moai,anggota patroli ke TKP ternyata benar, korban di pukul dengan benda tajam dan saat kejadian kurang tau sesudah pembakaran atau sebelum karena penemuannya pada pagi hari.
Hubungan dengan tiga peristiwa ini kami masih dalam penyelidikan tapi kemungkinannya ada atau tidak kita harus di selidiki dulu.
Matius: yang terakhir pak kapolres saya minta ijin pak nanti setelah ini saya mau ketemu tahanan-Tahanan... jawab kapolres boleh-boleh pak nanti lewat kasat reskrim ya pak.

Pasca Peristiwa

Senin, 17 Desember 2012
Pukul 09:25 WP tim dari Wamena ke Elabukama distrik musatfak tempat duka HM (korban) dalam perjalanan kami singga di kantor kampung Elabukama ketemu dengan Kepala kampung untuk sampaikan tujuan kami, dan meminta penjelasan keberadaan Mayat HM (Korban) pertemuan di sini selama 30 menit.
Dan menurut kepala kampung bahwa �saya sudah melarang polisi untuk datang ke tempat duka karena, kalau aparat ada maka warga akan panik dan akan menambah masalah baru�.
Kemudian kami di arahkan untuk ke tempat duka, diantar oleh seorang anak perempuan sampai di pinggirr kali Baliem tempat duka, HM (korban) sekitar 1 jam dalam perjalan, akhirnya sampai di tempat duka jam 11.00, kami di sambut dengan tangisan budaya orang balim sekitar 30 menit, dan kami di kasih kesempatan untuk menyampaikan maksud kedatangan kami.

Wawancara diawali dengan perkenalan lembaga dan personil tim; kami dari Pembela HAM Papua, hadir untuk melindungi dan memberi rasa aman, rasa aman yang utama kita adalah Tuhan Allah Pencipta Langit dan Bumi dan kami juga siap menjadi jaminan bagi manusia untuk proses duka ini, kami akan sampaikan kepada Bapak Dandim, dan Kapolres di Wamena. Keluarga jangan panik, dan takut, tapi duka biasa-biasa saja kalau ada apa- apa kami akan jadi jaminan.

Pukul 16.00 WPB rombongan satpol PP Kabupaten Jayawijaya ke kepala kampung Elabukama, hendak berkunjung ke rumah/tempat duka, namun ditolak oleh kepala kampung; maka kembali ke kota; menurut kepala satpol PP almarhum adalah anggota satpol PP.

Pukul 17.00 WP Korban Agus Hiluka kembali dibuka borgolnya setelah advokasi para pembela HAM Papua di Baliem, antara lain: Pater Jhon Jongga, Theo Hesegem dan Paulus Asipalek.

Pukul 17.30 WP Korban dibawah oleh Polisi di tahanan Polres Jayawijaya, sesudah tim pembela HAM pulang atau pergi dari rumah sakit umum daerah Wamena.

Selasa, 18 Desember 2012

Pukul 10.00-16.00 WPB Tim melanjutkan investigasi ke Tempat Kejadian Perkara dan hadiri pemakaman jenazah di tempat duka.

Pukul 11.00-12.00 WPB Tim memantau demo damai di halaman kantor bupati Jayawijaya, yang dihadiri sekitar 300 lebih warga dibawah pimpinan Ketua Dewan Adat Baliem, Lemok Mabel dan dilayani oleh: Bupati, Wakil Bupati Jayawijaya, Wakapolda Papua, yang didampingi oleh Kapolres Jayawijaya dan Kanit Propam Polda Papua dan Dandim 1702 Jayawijaya dan ketua DPRD Jayawijaya.

Pukul 16.00 WPB Tim memantau prosesi pembakaran alm Hubert Mabel diawali dengan upacara secara militer dengan pengibaran bendera bintang kejora, berjalan aman dan lancar.

Intinya saling menyampaikan pandangan, keprihatinan, pujian, mengungkap fakta, kritikan dan permohonan maaf, sangsi dan rencana proses hukum pelaku, dan harapan masa depan.

Para aktivist KNPB diharap tidak lagi dikejar dan hentikan kasus mereka yang sedang di tahanan Polisi, untuk menikmati suasana natal secara damai.

Masalah Pembunuhan dan Pembakaran honai adat adalah tanggungjawab kepala negara dalam hal ini, haji Susilo Bambang Yudoyono di Jakarta harus datang dan melihat langsung di Wamena.

Rabu, 19 Desember 2012

Pukul 08.00-10.00 WP Peta Lokasi Kejadian
Pukul 11.00 -12.00 WP temui korban di tahanan Polres Jayawijaya

Wawancara dengan Tahanan antara lain: Atis Wenda (di tangkap tanggal 1 des 2012); Sailin kossay (dengan 9 temanya dari sekretariat KNPB); Kemius Yigibalom (karena tidak waras, gangguan jiwa, bicara hanya mengada-ada); Simeon Dabi ( ketua KNPB); Walo Kogoya.
Selama di Tahanan makan hanya siang dan sore, tapi tidak seperti biasa dirumah, pernah juga di pukul sejak ditangkap. Saat interogasi di reserse juga di pukul, di strom dengan cara pasang korek, di todong dengan senjata, Sailin Kosay dengan kawan-kawannya di tangkap di sekretariat KNPB semuanya ada disini, 1orang di KP3, 2 perempuan di reserse tapi satu sudah diantar ke lembaga, dan satunya masih, kami punya kasus ini pelakunya lari, pelakunya datang dari Jayapura setelah kejadian itu langsung lari, itu bom di kantor DPRD Jayawijaya.
Matius: jangan pernah cerita yang tidak tau, yang orang lain buat, yang dengar-dengar, jujur saja, kalau benar katakan yang benar; Tuhan yang maha tinggi akan melindungi, dan kami orang HAM ada karena kamu, dan kamu ingat bahwa kalau dengan manusia kita bisa tidak jujur tapi kalau Tuhan tidak bisa, jadi kalau kasih keterangan itu yang tadi saya katakan bahwa kalau yang tidak tau jangan sekali-kali mengatakannya, tapi kalau sudah buat mengakui saja ya saya buat, kalau tidak tau tidak usa bicara ya, tapi bilang saya tidak tau; karena negara ini negara hukum, apalagi kamu sudah ada di dalam tahanan begini.
Kita punya HAM dan dalam hukum itu ada pengacara, yang harus duduk di samping kita baru kita bicara mulai dari polisi sini, jaksa sampai ke Hakim, jadi kamu punya hak untuk minta pengacara kami harus ada. Jadi kalau bicara itu karena sakit dapat pukul itu tidak boleh, secara jujur, apa adanya, yang kamu buat, dan apa yang kamu tau, itu dua pesan jadi hukum ini punya aturannya seperti itu, kamu sudah ada disini ikuti aturan hukum yang ada.
Kalau ada pesan yang mau di sampaiakn silahkan...terimah kasih kalo dari kami yang dapat tangkap di Piramid dari kasus Pirime, tapi kami tidak termasuk begitu, ikut rapat juga tidak, ikut serang juga tidak, jadi kemarin saya di BAP itu sebagai saksi.
Terus yang kami dari KNPB ada sembilan orang itu semuanya saksi habis, trus ada satu orang lagi tapi dia dari awal hanya sekarang hanya perpanjangan saja yaitu yang pertama 20 hari dari pihak kepolisian, kemudian yang kedu 40 hari dari kejaksaan itu mungkin berkas yang mereka kirimkan itu untuk di pelajari, tapi 20 hari habis, trus 40 harinya juga habis, dan sekarang ini kami statusnya tahanan pengadilan dan sekarang ada surat tapi dari pihak kepolisian mengajukan bahwa pemeriksaannya masih berlanjut.
Dengan Simeon Dabi, Ketua KNPB Wamena. Tangannya masih tetap di borgol sejak ditangkap sampai pemeriksaan saat ini, malam tidur di tempat KPPA, kita di ditangkap saya dengan ada dua teman yaitu adik Yopi Lani tipo, dan Walo Kogoya, di Moai hari jumat jam 10 pagi.. saat itu saya dengan adik Yopi di SMS di telepon berulang-ulang dari Walo untuk datang ambil uang, ternyata bukan ambil uang tapi dapat tangkap dirumahnya Walo saat di tangkap juga dapat pukul dan juga di sini (polres)
Matius: ini sedang melakukan tugas jadi tidak boleh lama-lama ya, tapi di pastikan dua teman itu harus ada dimana. Yang penting kamu sudah ada disini, sudah di hadapan hukum, kita tidak bisa lawan, dan resikonya seperti ini. Jadi kalau kamu sudah ada disini kami tidak mau lihat lagi kalau tangannya tetap di borgol, kalau sudah dalam keadaanya begini tidak mungkin lagi kamu lari, dan sekarang kamu sebagai pemimpin organisasi harus bertanggung jawab semua yang terjadi sekarang ini.
Simeon Dabi: kasus Bom yang terjadi di DPRD, dan di jalan Irian itu sementara saya di Jayapura sampai disini; saya belum selidiki baik kalau Bom itu milik siapa?? Dan siapa pelakunya? Dan juga itu di bawah tanpa mengetahui saya juga, sampai disini cara buat dan lain-lainnya juga saya sendiri tidak tau. Yang pergi kasih meledak itu ada teman-teman yang melakukan itu.
Matus: benar ya?? Jawab Simeon ya, Matius, sekarang prinsipnya ada disitu, kalau memang benar teman-teman yang lakukan terus - terang saja sama polisi ya. Jangan kamu gunahkan kata kira-kira ya, dan dengar dari orang. Jadi rekomendasikan orang yang benar-benar harus bertanggung jawab kalau memang itu benar, supaya polisi menindak seseorang yang benar bukan salah orang.

Data korban

1. Korban Meninggal : 2 orang
2. Korban Luka tembak : 1 orang
3. Korban Penyiksaan : 3 orang
4. Korban harta benda : 1 kantor Pos Polisi dan 1 rumah adat
5. Korban Tahanan : di Polres Jayawijaya

1. Simion Daby/28/L. 2. Atis Wenda/35/L. 3. Yan Mabel/30/L. 4. Yusup Hiluka/34/L. 5. Natalia Kossay/25/P 6. Edo Doga/30/L. 7. Obinus Daby/32/L.

o Wajib lapor : Wene Helakombo dan Natalis Alua.
o DPO Polisi : Namene Elopore, Hernius Kosay, Ronal Hiluka,
Fransina Iaba, Fitalis Iaba

Analisa

Peristiwa Penembakan Lambert Mabel dan Pembakaran honai adat di Wamena; kami menduga bahwa aksi balas dendam anggota Polisi atas peristiwa penyerangan Polsek Pirime dan menewaskan 3 orang anggota Polisi, di kabupaten Lanya Jaya sebelumnya.
Peristiwa pembakaran pos Polisi dan honai adat di kota Wamena pada sore hari itu adalah upaya pengalihan perhatian dari aksi penembakan Hubert Mabel sebelumnya di distrik Kurulu pada pagi hari itu.

Rekomendasi

1. Kapolda Papua segera klarifikasi motif dan pelaku yang menembak mati Hubert Mabel, Pembakaran Honai adat, Pos Polisi dan Pelaku Pembunuhan tukang Ojek pada 16 Desember 2012 di Kabupaten Jayawijaya.
2. Para Pembela HAM Papua bersama Komnas HAM Republik Indonesia segera melakukan fungsi Penyelidikan atas dugaan terjadi kasus pelanggaran HAM berat, pada tanggal 16 Desember 2012 di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
3. Para Pembela HAM kiranya memberikan dukungan penuh terhadap Tim Investigasi dan Advokasi Kasus Kekerasan Tahun 2012 (13 orang personil) yang dibentuk tanggal 06 Januari 2013 di Wamena di bawah pimpinan Pater Jhon Djongga.

Advokasi

1. Loby:
� 03 Januari 2013, pukul 09.00-10.15 WP kami Presentasi Kronologi Peristiwa ini kepada Kapolda dan Wakapolda Papua yang di dampingi oleh para pejabat Polda Papua di ruangan rapat Polda Papua.
� Tanggapan Kapolda Papua: Laporan ini versi korban dan tentu sepihak, sebab dan motif Hubert Mabel tertembak tidak dijelaskan/dilaporkan; jadi laporan ini belum netral, obyektif dan balance. Di samping itu korban Polisi Pembakaran Pos Polisi belum diangkat; Juga adanya bantuan Polisi pada saat ini juga tidak diangkat. Peristiwa penangkapan Simon Daby, pelaku teror halaman kantor DPRD Jayawijaya dan DPO Polisi. Pelaku di 27 November 2012 di Polsek Pirime adalah: Eden Wanimbo, Puron Wenda dan KNPB. Jadi penyerangan oleh aktor non negara (sipil) harus juga diangkat; pada prinsipnya kita semua tolak kekerasan atas nama apapun juga.
� Dilanjutkan oleh Wakapolda Papua: Laporan ini masih harus menjadi konsumsi internal dulu, artinya belum bisa dipublikasikan ke media massa. Laporan ini harus jaga keseimbangan; karena faktanya ada kelompok bersenjata di Papua ini dan Polisi harus tindak atau dibasmikan mereka.
� Langka dan Kerja Para Pemerhati HAM Papua di bawah kendali pak Matius Murib harus bisa angkat pelaku teror dan anggota yang korban di Pirime dan Wamena juga dapat perhatian.
� Upaya Klarifikasi dan Membangun kembali kepercayaan publik/warga terutama korban sipil, tanggal 05 Januari 2013 Kapolda dan Rombongan akan ada pertemuan dengan para toko masyarakat di kota Wamena.
� Laporan Pembela HAM Papua dapat dikonfirmasi dengan data pihak Kepolisian lalu dapat dipublikasikan dan dianggap laporan tersebut selesai/final.

2. Tatap Muka/Dialog
� Acara yang diberi nama tatap muka, bersama tokoh adat, agama dan LSM di Kabupaten Jayawijaya ini, dimulai dan dibuka oleh Bupati Jayawijaya dan dihadiri oleh Kapolda dan Wakapolda, Asintel Kodam VXII Cenderawasih, sejumlah pejabat lainnya.
� Kata Kapolda Papua, forum ini sengaja dibuka untuk membangun kembali saluran komunikasi dan membangun kembali kepercayaan pasca serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya belakangan ini.
� Berturut-turut acara tatap muka yang di moderatori Wakapolda Papua diisi oleh sejumlah nara sumber/pembicara yang memberi masukan/saran/solusi/pernyataan antara lain: Kapolda Papua, Robert Djoenso, Bupati Jayawijaya, Perwakilan Gereja Protestan dan Gereja Katholik, Tokoh Adat, LSM dan Perempuan.
� Kasus kekerasan di wilayah ini dilihat secara utuh, karena antara satu kasus dan kasus lainnya saling berhubungan; diawali dengan teror bom di kantor DPRD Jayawijaya, Wamena, Penyerangan Polsek Pirime dan Penembakan Hubert Mabel di Kurulu dan Pembakaran honai adat dan Pos Polisi di Wamena.

Penutup

Demikian laporan hasil investigasi ini kami buat dan sampaikan, kekurangan pada laporan ini, menjadi tanggungjawab kami, tentu untuk klarifikasi dan perbaikan seperlunya.


Sekian dan terima kasih.

Jayapura, 22 Maret 2013

Pembela HAM, direktur Baptis Voice Papua

Matius Murib

-----------------------Source-Hugo M--------------------------------------
 
Copyright © 2013 -2018 KNPBnews
Design by FBTemplates | BTT